Pada masing-masing suatu daerah memiliki jenis tanah yang berbeda-beda, salah satu jenis tanah tersebut adalah tanah lempung ekspansif. Di Indonesia sendiri, lebih dari 1/5 dari luasan daratan tanah di Indonesia merupakan tanah lempung ekspansif. Tanah ini jika dipengaruhi oleh Perubahan kadar air akan mengalami kembang susut yang siknifikan. Oleh sebab itu agar tanah tersebut menjadi lebih baik dan meminimalisir kembang susutnya diperlukan suatu upaya, salah satunya adalah stabilisasi tanah. Uji fisik tanah dengan sampel tanah di Kec. Ngasem, Kab. Bojonegoro yang merupakan tanah lempung ekspansif menunjukkan bahwa nilai CBRnya sebesar 3,953%, dan nilai swellingnya 6,1858%. Dengan kondisi fisik tanah seperti itu dengan daya dukung rendah diperlukan upaya stabilisasi tanah pada tanah lempung di Bojonegoro. Upaya stabilisasi yang dilakukan adalah dengan stabilisasi kimia yaitu dengan mencampur sampel tanah dengan zat aditif yang berupa abu ampas tebu dan kapur. Hasil uji fisik tanah dari penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis dengan mencampurkan abu ampas tebu pada tanah dengan variasi kadar 8%, 10%, 12%, 14% menunjukkan campuran 8% abu ampas tebu merupakan kadar optimum untuk perbaikan pada tanah tersebut. Sehingga digunakan campuran 8% abu ampas tebu dengan penambahan variasi kadar kapur masing-masing 4%, 6% dan 8% dari berat total campuran. Campuran 8% abu ampas tebu dan 6% kadar kapur menghasilkan nilai CBR sebesar 9,324%, nilai CBR ini mengalami peningkatan hingga 135,87%. Sedangkan nilai swellingnya sebesar 0,1681%, dengan kadar campuran yang sama. Nilai swelling ini mengalami penurunan hingga 97,28%. Untuk nilai pengembangan bebasnya mengalami penurunan hingga 217,7% dari sebelunya yang sebesar 70,59% menjadi 22,22%.
展开▼